Kamis, 03 Mei 2012

TRANSFUSI DARAH


 Transfusi darah secara universal dibutuhkan untuk menangani pasien anemia berat, pasien dengan kelaian darah bawaan, pasien yang mengalami kecederaan parah, pasien yang hendak menjalankan tindakan bedah operatif dan pasien yang mengalami penyakit liver ataupun penyakit lainnya yang mengakibatkan tubuh pasien tidak dapat memproduksi darah atau komponen darah sebagaimana mestinya. Pada negara berkembang, transfusi darah juga diperlukan untuk menangani kegawatdaruratan melahirkan dan anak-anak malnutrisi yang berujung pada anemia berat (WHO, 2007). Tanpa darah yang cukup, seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan bahkan kematian. Oleh karena itu, tranfusi darah yang diberikan kepada pasien yang membutuhkannya sangat diperlukan untuk menyelamatkan jiwa. Angka kematian akibat dari tidak tersedianya cadangan tranfusi darah pada negara berkembang relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan ketidakseimbangan perbandingan ketersediaan darah dengan kebutuhan rasional. Di negara berkembang seperti Indonesia, persentase donasi darah lebih minim dibandingkan dengan negara maju padahal tingkat kebutuhan darah setiap negara secara relatif adalah sama. Indonesia memiliki tingkat penyumbang enam hingga sepuluh orang per 1.000 penduduk. Hal ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan sejumlah negara maju di Asia, misalnya di Singapura tercatat sebanyak 24 orang yang melakukan donor darah per 1.000 penduduk, berikut juga di Jepang tercatat sebanyak 68 orang yang melakukan donor darah per 1.000 penduduk (Daradjatun, 2008).
Indonesia membutuhkan sedikitnya satu juta pendonor darah guna memenuhi kebutuhan 4,5 juta kantong darah per tahunnya. Sedangkan unit transfusi darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI) menyatakan bahwa pada tahun 2008 darah yang terkumpul sejumlah 1.283.582 kantong. Hal tersebut menggambarkan bahwa kebutuhan akan darah di Indonesia yang tinggi tetapi darah yang terkumpul dari donor darah masih rendah dikarenakan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia untuk menjadi pendonor darah sukarela masih rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa kendala misalnya karena masih kurangnya pemahaman masyarakat -tentang masalah transfusi darah, persepsi akan bahaya bila seseorang memberikan darah secara rutin. Selain itu, kegiatan donor darah juga terhambat oleh keterbatasan jumlah UTD PMI di berbagai daerah, PMI hanya mempunyai 188 unit tranfusi darah (UTD). Mengingat jumlah kota/kabupaten di Indonesia mencapai sekitar 440.
A. DEFENISI DARAH
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter.
a. Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia :
1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
6. Menjaga suhu temperatur tubuh
7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku
8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dll.
Darah cair atau plasma darah adalah cairan darah berbentuk butiran-butiran darah. Di dalamnya terkandung benang-benang fibrin / fibrinogen yang berguna untuk menutup luka yang terbuka.
b. Isi Kandungan Plasma Darah Manusia :
1. Gas oksigen, nitrogen dan karbondioksida
2. Protein seperti fibrinogen, albumin dan globulin
3. Enzin
4. Antibodi
5. Hormon
6. Urea
7. Asam urat
8. Sari makanan dan mineral seperti glukosa, gliserin, asam lemak, asam amino, kolesterol,  dsb.
B. DEFENISI TRANSFUSI DARAH
Transfusi darah adalah proses transfer darah dari satu orang ke sistem peredaran darah orang lain. Transfusi darah dapat menyelamatkan jiwa dalam beberapa situasi, seperti kehilangan darah besar karena trauma dan memerlukan suplai darah dari luar, atau dapat digunakan untuk menggantikan darah yang hilang selama operasi.
Transfusi darah juga dapat digunakan untuk mengobati anemia berat atau trombositopenia disebabkan oleh penyakit darah. Orang yang menderita hemofilia atau penyakit sel sabit mungkin memerlukan transfusi darah sering. Awal digunakan transfusi darah secara keseluruhan, tapi praktek kedokteran modern biasanya menggunakan hanya komponen darah.
C. FAKTA-FAKTA TENTANG TRANSFUSI DARAH :
  1. Satu kantung/labu darah yang kita sumbangkan, rata-rata bisa menyumbang untuk 3 kehidupan (tambahan: dan hanya awet selama 28 hari/ 4 minggu)
  2. Orang dewasa yang sehat minimal 17 tahun, dan setidaknya mempunyai berat 110 lbs (+/- 45 kg), dapat menyumbangkan sekitar satu labu setiap 56 hari, atau setiap dua bulan.
  3. Empat utama sel darah merah tipe: A, B, AB dan O. RH faktor bisa positif atau negatif. AB merupakan penerima universal; O negatif adalah universal donor sel darah merah.
  4. Satu unit darah dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen: sel darah merah, plasma, platelets dan cryoprecipitate.
  5. Sel darah merah membawa oksigen ke organ-organ tubuh dan jaringan. Sel darah merah tinggal sekitar 120 hari dalam sistem peredaran darah.
  6. Platelets mempromosikan darah dan memberi mereka yang leukemia dan kanker lainnya kesempatan untuk hidup.
  7. Plasma adalah kuning pucat campuran air, protein dan garam. Plasma, yang 90 persen air, membuat sampai 55 persen dari volume darah.
  8. 42 hari: lamanya sel darah merah dapat disimpan. Lima hari: lamanya platelets dapat disimpan. Satu tahun: lamanya plasma beku dapat disimpan. (ini masih menjadi perdebatan karena di Indonesia usia penyimpanan Sel darah merah itu hanya 28 hari atau sekitar 4 minggu)
  9. Anak-anak yang dirawat untuk kanker, bayi prematur dan anak-anak yang memerlukan operasi jantung dan darah platelets dari donor dengan berbagai jenis, khususnya jenis golongan darah O.
  10. Pasien penderita kurang darah memerlukan transfusi darah untuk meningkatkan tingkat sel darah merah. Kanker, transplantasi dan trauma pasien, serta pasien yang menjalani operasi jantung terbuka memerlukan platelet transfusions untuk bertahan hidup.
  11. Tes tigabelas (11 untuk penyakit menular) yang dilakukan pada setiap unit darah yang disumbangkan.
  12. 17 persen dari non-donor memberikan alasan “never thought about it” sebagai alasan utama untuk tidak menjadi donor, sedangkan 15 persen mengatakan mereka sudah terlalu sibuk.
  13. # 1 alasan donor darah mereka berikan adalah karena mereka “ingin membantu orang lain.“
  14. Jika semua memberi donor darah tiga kali dalam setahun, kekurangan darah akan menjadi peristiwa langka di dunia ini
  15. 46,5 gallons: jumlah darah yang dapat disumbangkan jika anda mulai pada usia 17 dan donasi setiap 56 hari hingga mencapai 79 tahun.
  16. Empat langkah mudah untuk menyumbangkan darah: sejarah medis, tes fisik cepat, donor dan makanan ringan.
  17. Donor darah biasanya hanya memakan waktu sekitar 10 menit (namun bisa memperpanjang nyawa yang membutuhkan, selama bertahun2 lagi). Seluruh proses – mulai dari waktu anda masuk ke waktu yang meninggalkan – berlangsung sekitar satu jam. Setelah menyumbangkan darah, tubuh anda mengganti cairan dalam 1 jam dan sel darah merah dalam waktu empat minggu. Delapan bulan yang diperlukan untuk mengembalikan besi hilang setelah sumbangan.
  18. Darah membuat sampai sekitar 7 persen dari berat badan Anda. Memberikan darah tidak akan menurunkan kekuatan.
a. Syarat-syarat Teknis Menjadi Donor Darah :
  1. Umur 17 - 60 tahun
    ( Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat ijin tertulis dari orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat menyumbangkan darahnya dengan jarak penyumbangan 3 bulan atas pertimbangan dokter )
  2. Berat badan minimum 45 kg
  3. Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral)
  4. Tekanan darah baik ,yaitu:
    Sistole = 110 - 160 mm Hg
    Diastole = 70 - 100 mm Hg
  5. Denyut nadi; Teratur 50 - 100 kali/ menit
  6. Hemoglobin
    Wanita minimal = 12 gr %
    Pria minimal = 12,5 gr %
  7. Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor.
b. Seseorang tidak boleh menjadi donor darah pada keadaan:
  1. Pernah menderita hepatitis B.
  2. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis.
  3. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah transfusi.
  4. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga.
  5. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
  6. Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil.
  7. Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.
  8. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera, tetanus dipteria atau profilaksis.
  9. Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, tetanus toxin.
  10. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic.
  11. Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
  12. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah transpalantasi kulit.
  13. Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan.
  14. Sedang menyusui.
  15. Ketergantungan obat.
  16. Alkoholisme akut dan kronik.
  17. Sifilis.
  18. Menderita tuberkulosa secara klinis.
  19. Menderita epilepsi dan sering kejang.
  20. Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh balik) yang akan ditusuk.
  21. Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia, polibetemiavera.
  22. Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril).
  23. Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.
c. Manfaat Donor Darah ( bagi Pendonor) :
  1. Dapat memeriksakan kesehatan secara berkala 3 bulan sekali seperti tensi, Lab Uji Saring (HIV, Hepatitis B, C, Sifilis dan Malaria).
  2. Mendapatkan piagam penghargaan sesuai dengan jumlah menyumbang darahnya antara lain 10, 25, 50, 75, 100 kali.
  3. Donor darah 100 kali mendapat penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Pemerintah.
  4. Merupakan bagian dari ibadah.
5.      Sarana amal kemanusiaan bagi yang sakit, kecelakaan, operasi dll
(setetes darah merupakan nyawa bagi mereka)
6.      Orang yang aktif Donor jarang terkena penyakit ringan maupun berat.
(Pengalaman di perusahaan membandingkan sebelum dan setelah adanya kegiatan donor darah tingkat yang sakit turun hampir 50% )
7.      Pemeriksaan ringan secara triwulanan meliputi Tensi darah, kebugaran (Hb), gangguan kesehatan (hepatitis, gangguan dalam darah dll)
8.      Mencegah stroke (Pria lebih rentan terkena stroke dibanding wanita karena wanita keluar darah rutin lewat menstruasi kalau pria sarana terbaik lewat donor darah aktif)
Tunggu kapan lagi ? ayo mulai dari sekarang.
d. Manfaat darah donor bagi penerima (resipien)?
Sekantong darah yang didonorkan seringkali dapat menyelamatkan nyawa seseorang.        Darah adalah komponen tubuh yang berperan membawa nutrisi dan oksigen ke semua organ tubuh, termasuk organ-organ vital seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan hati. Jika darah yang beredar di dalam tubuh sangat sedikit oleh karena berbagai hal, maka organ-organ tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen. Akibatnya, dalam waktu singkat terjadi kerusakan jaringan dan kegagalan fungsi organ, yang berujung pada kematian.
Untuk mencegah hal itu, dibutuhkan pasokan darah dari luar tubuh. Jika darah dalam tubuh jumlahnya sudah memadai, maka kematian dapat dihindari.
e. Kapan seseorang memerlukan transfusi darah ?
Transfusi darah diperlukan saat anda kehilangan banyak darah, misalnya pada :
  • Kecelakaan, trauma atau operasi pembedahan yang besar.
  • Penyakit yang menyebabkan terjadinya perdarahan misal maag khronis dan berdarah.
  • Penyakit yang menyebabkan kerusakan sel darah dalam jumlah besar, misal anemia hemolitik atau trombositopenia.
Jika anda menderita penyakit pada sumsum tulang sehingga produksi sel darah terganggu seperti pada penyakit anemia aplastik maka anda juga akan membutuhkan transfusi darah. Beberapa penyakit seperti hemofilia yang menyebabkan gangguan produksi beberapa komponen darah maka anda mungkin membutuhkan transfusi komponen darah tersebut.
f. Apakah transfusi darah aman?
Menurut Palang Merah Indonesia (PMI), darah transfusi di Indonesia relatif aman dan bebas dari segala macam penyakit berbahaya. Setiap darah donor akan dilakukan pemeriksaan yang ketat sehingga jarang sekali seseorang mendapatkan penyakit dari darah donor.
Masalah utama transfusi darah yang saat ini masih ada adalah kecelakaan akibat ketidakcocokan golongan darah. Meskipun angka kejadiannya boleh dikatakan sangat kecil namun inkompabilitas transfusi darah ini beresiko menyebabkan penderita mengalami reaksi yang sangat serius dan mengancam nyawa.
Beberapa penderita mendonorkan darahnya beberapa minggu sebelum dioperasi. Jika dalam operasi dibutuhkan darah maka dia dapat menggunakan darahnya sendiri sehingga reaksi transfusi dapat dikurangi.
Saat menerima darah transfusi, sistem pertahanan tubuh akan bereaksi karena menganggap darah yang masuk adalah benda asing. Tubuh akan menolak darah yang masuk dan berusaha menghancurkannya. Namun, keadaan ini dapat dicegah dengan pemeriksaan golongan darah yang ketat sebelum dilakukan transfusi darah. Darah penerima dan darah donor dicocokan golongan darahnya, baik melalui sistem ABO maupun Rhesus.
Meskipun telah dilakukan pencocokan golongan darah, beberapa penderita tetap dapat mengalami reaksi ringan transfusi darah seperti :
  • Demam.
  • Gatal dan bintik bintik merah pada kulit.
  • Nafas pendek.
  • Nyeri.
  • Berdebar debar.
  • Menggigil.
  • Tekanan darah menurun.
Reaksi transfusi ini memang sedikit menakutkan namun tidak berbahaya jika cepat ditangani.
D. TRANSFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRI
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi memerlukan transfusi darah. Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga memerlukan transfusi darah. Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum, placenta previa, dan ruptur kehamilan ektopik. Perdarahan di bidang obstetri masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia. Para ahli kebidanan dan kandungan perlu mengetahui aspek-aspek transfusi darah dan mengaplikasikannya dalam praktik klinis.
Makalah ini akan mengupas tentang skrining golongan darah saat prenatal care, indikasi transfusi darah, jenis komponen darah, efek samping/risiko transfusi darah, serta pengadaan darah emergency.
1. Skrining golongan darah
Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN). Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor darah sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan darah Rh(D) negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai indikasi.2,3,5 Pemberian anti(D) immune-globulin dosis 500mg/IM kepada semua ibu dengan Rh(D) negatif dalam 72 jam setelah persalinan jika bayi Rh(D) positif, ini merupakan upaya yang umumnya dilakukan untuk mencegah HDN.3
Hal ini dapat memberikan perlindungan sampai 4mL sel darah merah bayi. Upaya tersebut penting mengingat prevalensi populasi dengan Rh(D) negatif di Indonesia sangat rendah (kurang dari 1%). Tetapi, berdasarkan survei di beberapa rumah sakit besar dan klinik bersalin di Yogyakarta, pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan. Pemeriksaan skrining antibodi tidak dapat dilakukan oleh setiap rumah sakit di Indonesia dan biayanya relatif mahal.
2. Indikasi transfusi darah
Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 g/dL pada trimester I dan III serta 10,5 g/dL pada trimester II. Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi darah. Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja, tetapi juga berdasar indikasi klinis pasien.
Perdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau seksio cesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb ibu sebelum persalinan di atas 10,0 – 11,0 g/dL. 3 Sebaliknya, transfusi darah hampir selalu diindikasikan jika Hb <7 g/dL. Contoh schedule pemesanan darah (Tabel 1) sebagai panduan memperkirakan penggunaan darah untuk tindakan pembedahan pada pasien dewasa adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Rencana pemesanan darah :
Prosedur
Tindakan
Terminasi kehamilan
Gol
Persalinan normal
Gol
Seksio cesaria
Gol
Placenta previa/retained placenta
XM 4
Perdarahan antepartum/postpartum
XM 2
Dilatasi dan kuretase
Gol
Histerektomi: abdominal atau vaginal: simple
Gol
Histerektomi: abdominal atau vaginal: extended
XM 2
Myomectomi
XM 2
Mola hidatidosa
XM 2
Oophorectomi (radical)
XM 4

Keterangan: XM: crossmatch; Gol: golongan darah ABO & Rh
Pemesanan darah minimal dilakukan 2 hari sebelum prosedur atau tindakan dilakukan. Keuntungan tenggat waktu ini adalah untuk penyiapan darah atau mencari donor darah jika tidak tersedia stok darah di Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD). Turnaround times untuk pemeriksaan golongan darah pasien dan donor adalah 15 menit sedangkan untuk crossmatch dibutuhkan waktu sekitar 1 jam. Jika tidak tersedia stok darah dan darah diambil langsung dari donor, maka perlu waktu sedikitnya 3 jam agar produk darah siap dan aman untuk ditransfusikan.
Pada kasus terminasi kehamilan, persalinan normal, seksio cesaria, kuretase, atau histerektomi simple jika ternyata membutuhkan darah dan emergency maka berlaku prosedur emergency yaitu darah sesuai golongan ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch atau Packed Red Cell (PRC) golongan O dapat diberikan kepada pasien.
3. Jenis komponen darah
Beberapa komponen darah tersedia untuk penggantian volume sirkulasi serta mengganti faktor koagulasi dan kapasitas angkut oksigen. Pemberian komponen darah memungkinkan penggantian komponen darah secara spesifik sesuai yang dibutuhkan pasien.
7,8 Transfusi darah dan atau komponen darah ditujukan untuk menjaga kadar fibrinogen di atas 1 g/L, menjaga Prothrombin Time (PT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) kurang dari 1,5 kali nilai kontrol, serta menghentikan perdarahan aktif yang persisten/berlanjut.
4. Whole blood (WB)
Yang disebut fresh whole blood (FWB) adalah darah lengkap dengan masa simpan ≤36 jam, Tidak setiap kabupaten/kota di Indonesia memiliki Unit Transfusi Darah (UTD) yang dikelola PMI atau RSUD dan tidak setiap UTD mampu memproses pemisahan komponen darah. Pada kondisi seperti ini, kebutuhan transfusi darah hanya dapat dipenuhi dengan WB. Monitor ketat transfusi perlu dilakukan untuk menghindari kemungkinan overload cairan. Dalam masa simpan tersebut komponen darah selain sel darah merah seperti trombosit dan faktor koagulasi diharapkan masih viable dan bermanfaat bagi pasien.
5. Packed red cell (PRC)
·         Isi  :  
- Hematokrit 35-45%
- Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi labil (V dan VIII) yang fungsional
·         Penyimpanan :
- Disimpan pada suhu 2-6°C di blood bank refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada pasien dalam 30 menit setelah darah keluar     dari blood bank refrigerator
·         Indikasi :
- Penggantian sel darah merah pada perdarahan akut disertai hipovolumia
- Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel darah merah tetapi komponen PRC tidak tersedia.
·         Kontraindikasi :
- Anemia kronis
- Pasien gagal jantung
·         Cara transfusi :
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien dan donor harus kompatibel/cocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam kantong darah
- Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal dalam 4 jam
·         Penyimpanan :
- Disimpan pada suhu 2-6°C di blood bank refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada pasien dalam 30 menit setelah darah keluar dari blood bank refrigerator
·         Indikasi :
   Penggantian sel darah merah pada pasien anemia:
- Hb <7 g/dL
- Hb <10 g/dL dengan gejala anemia dan atau tanda vital tidak stabil
   Cara transfusi
- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien dan donor harus kompatibel/cocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam kantong darah
- Transfusi 1 unit PRC diselesaikan maksimal dalam 4 jam
- Untuk memperlancar aliran transfusi, dapat ditambahkan normal saline (50-100 mL)                      menggunakan set infuse Y-pattern
Tujuan transfusi PRC adalah penggantian kapasitas angkut oksigen oleh sel darah merah. Dosis awal biasanya 2-4 unit.
Transfusi 1 unit PRC diharapkan menaikkan kadar hematokrit sekitar 3%.
6. Washed Red Cell (WRC),
   indikasi untuk pasien yang mengalami reaksi alergi terhadap protein plasma.
7. Thrombocyte concentrate (TC)
·         Isi : 
3,9 – 4,3 x 109 trombosit
·         Penyimpanan :
- Disimpan pada suhu 20-24°C di platelet agitator
- Masa simpan 5 hari
   Penyimpanan lebih lama meningkatkan risiko kontaminasi bakteri
·         Indikasi :
- Trombositopenia:
1. Jumlah trombosit <15.000/mmk
2. Jumlah trombosit <50.000/mmk dengan perdarahan atau pembedahan
3. Jumlah trombosit <100.000/mmk dengan perdarahan masif atau perdarahan     terus-menerus.
- Gangguan/kelainan kualitas trombosit
·         Kontraindikasi :
- Immune Thrombocytopenia Purpura (ITP)
- Thrombotic Thrombocytopenia Purpura (TTP)
- Untreated Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
- Hipersplenisme
·         Cara transfuse :
- Trombosit harus segera ditransfusikan dalam 30 menit setelah keluar
dari platelet agitator di UPTD dan selesai maksimal dalam 4 jam.
- Trombosit tidak boleh dimasukkan dalam refrigerator/kulkas di bangsal karena akan   mengurangi fungsi trombosit
Catatan :
- 1 unit TC diharapkan menaikkan jumlah trombosit sekitar 3000-5000/mmk sehingga transfusi 6 unit TC diharapkan menaikkan jumlah trombosit 18.000-30.000/mmk.
- Kenaikan jumlah trombosit kurang tercapai jika terdapat splenomegali, DIC, atau septicemia pada pasien.
- Keberhasilan transfusi trombosit dapat dievaluasi dengan menilai corrected platelet count increment (CCI)
8. Fresh frozen plasma (FFP)
Indikasi:
a.      PT dan APTT >1,5 kali nilai kontrol
b.      Overdosis obat antikoagulan
c.       Diketahui menderita defisiensi faktor koagulasi dengan perdarahan
d.      PT>16 detik atau INR>1,8 dengan perdarahan atau untuk mengantisipasi tindakan invasif.
e.      DIC
f.        TTP
g.      Transfusi masif >10 unit PRC
h.      >1500 ml cell saver blood reinfused
i.        PT>35 detik dengan perdarahan atau untuk mengantisipasi tindakan invasif.
Fresh Frozen Plasma berisi semua faktor pembekuan, AT III, protein C dan S, albumin serta imunoglobulin. Dosis awal biasanya 2-6 unit.7
Kadar faktor koagulasi labil akan menurun dengan cepat sehingga harus ditransfusikan dalam 6 jam setelah dicairkan. Plasma golongan A dapat diberikan pada pasien golongan A atau O; plasma golongan B dapat diberikan pada pasien golongan B atau O; plasma golongan O hanya dapat diberikan pada pasien golongan O; dan plasma golongan AB dapat diberikan pada semua pasien. Reaksi transfusi yang sering terjadi pada transfusi FFP berupa reaksi alergi akut sampai anafilaksis terutama dengan kecepatan infus cepat.
9. Cryoprecipitate/AHF
Indikasi:
a.      Isolated Factor VIII, Factor IX, Factor XIII deficiency or von Willebrand’s disease
b.      Hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen <80-100 mg/dL) dan disfibrinogenemia
c.       Pasien dengan surgical coagulopathy
d.      Digunakan sebagai local factor coagulant selama pembedahan
Cryoprecipitate berisi kurang lebih setengah faktor VIII dan fibrinogen dari kadarnya dalam darah lengkap, misal 56-75 IU/unit, fibrinogen 105-210 mg/unit. Dosis awal biasanya 10-20 unit.
Berdasar laporan pengeluaran darah UPTD RSUP DR Sardjito Januari - April 2010, rata-rata penggunaan darah oleh Bagian Kebidanan dan Kandungan RSUP DR. Sardjito sebanyak 195 unit/bulan atau 8% dari total pengeluaran darah. Perbandingan penggunaan WB dibanding komponen darah adalah 3:7. Komponen darah yang dipakai adalah PRC (66%) dan TC (4%). Jumlah unit darah yang diminta ke UPTD dibanding jumlah darah yang digunakan adalah 2:1 sehingga banyak unit darah yang tidak jadi terpakai. Data ini menunjukkan bahwa penggunaan darah di Bagian Kebidanan dan Kandungan RSUP DR. Sardjito sudah cukup baik dengan indikasi penggunaan komponen darah sampai 70% tetapi rencana penggunaan darah belum efektif. Oleh karena itu diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antara klinisi pengguna darah dan penyedia darah (UPTD).
10. Pelayanan darah emergency
Perdarahan pada proses persalinan kadang tak dapat diprediksi dan masif. Saat persalinan, aliran darah ke plasenta kurang lebih 700 mL per menit. Seluruh volume darah pasien dapat habis/hilang dalam 5-10 menit.
Untuk mendapatkan darah/komponen darah pada kasus perdarahan masif (kondisi emergency), langkah pertama yang dilakukan adalah menginformasikan kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD). Langkah kedua adalah mengirimkan surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD. Di UPTD telah disediakan stok darah emergency dari setiap golongan ABO sehingga pasien mendapat darah sesuai golongan sistem ABO-nya dan belum dilakukan uji silang serasi (uncrossmatched). Pada kondisi tidak tersedia darah sesuai golongan ABO, dapat diberikan packed red cell (PRC) golongan O (dalam waktu 5 menit). Karena prevalensi Rh(D) negatif sangat rendah, untuk kasus emergency seperti tersebut di atas tidak perlu diberikan golongan O Rh(D) negatif, tetapi dengan golongan O Rh(D) positif. Jika pasien telah diketahui golongan darah sistem ABO dan Rh saat prenatal care, maka penentuan golongan darah Rh yang akan diberikan tidak menjadi masalah lagi. Sebelum darah dikeluarkan untuk pasien, petugas UPTD melakukan pemeriksaan konfirmasi golongan darah pasien dan donor. Turnaround time untuk pemeriksaan konfirmasi golongan darah adalah 15 menit. Uji silang serasi tetap dilanjutkan di UPTD dan jika hasilnya inkompatibel maka akan diinformasikan kepada dokter yang merawat pasien. Petugas dari bagian kebidanan yang mengantarkan surat permintaan darah dan sampel pasien menunggu proses konfirmasi golongan darah pasien dan donor atau menunggu darah dikeluarkan. Langkah ketiga, petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang operasi/bangsal dimana pasien membutuhkan darah. Untuk mencegah kemungkinan kesalahan transfusi, perawat atau dokter mencocokkan kembali identitas pasien pada label kantong darah dan pergelangan tangan pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum darah ditransfusikan. Kondisi tersebut menjadi alasan mengapa perdarahan akut merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu jika tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat.
11. Transfusi masif di bidang obstetri
Transfusi masif didefinisikan sebagai transfusi darah lebih dari 10 unit produk sel darah merah (PRC/WB) dalam 24 jam; sebanyak 50% volume darah total diganti dalam waktu 2 jam; atau kehilangan darah lebih dari 150 mL/menit.4
Transfusi masif di bidang obstetri mungkin dilakukan pada perdarahan postpartum berat. Menurut WHO, definisi perdarahan postpartum adalah kehilangan darah lebih dari 500 mL selama dan sesudah persalinan atau kehilangan sejumlah darah postpartum yang menyebabkan instabilitas hemodinamik; perdarahan postpartum berat yaitu kehilangan darah >1000 mL; perdarahan obstetri masif yaitu kehilangan 50% volume darah sirkulasi <3jam atau kehilangan darah >150 mL/menit.
Transfusi masif dengan darah (WB) simpan akan memperberat trombopati dan koagulopati disebabkan karena trombositopenia dilusional, deplesi faktor koagulasi, asidosis dan hipotermia. Oleh karena itu, setiap transfusi 5-10 unit darah simpan diberikan 1 unit darah segar, setiap 1 liter transfusi citrated blood diberikan 10 mL 10% calcium gluconate IV untuk mencegah toksisitas sitrat, darah ditransfusikan dengan alat penghangat darah, dan menggunakan set transfusi yang dilengkapi filter mikroagregat.8 Toksisitas sitrat mungkin akan terlihat jika kecepatan transfusi melebihi 1 unit darah dalam 5 menit (1 mL/kgBB/menit). Tandanya antara lain adanya perubahan EKG (QT memanjang, QRS melebar, gelombang T mendatar sampai henti jantung), hipotensi, dan nadi cepat. Jika koreksi dengan kalsium gagal dapat diberikan magnesium IV.
12. Efek samping/reaksi transfusi
Transfusi darah mungkin merupakan sutu tindakan yang menyelamatkan hidup tetapi bukan tanpa risiko. Sebelum dokter memutuskan transfusi darah bagi pasien, ia harus harus selalu mempertimbangkan manfaat dan risikonya. Risiko terbesar transfusi darah adalah jika pasien ditransfusi dengan darah yang ‘salah’ (terbanyak disebabkan clerical error). Oleh karena itu prosedur baku untuk mendapatkan sampel yang tepat, crossmatch, skrining infeksi menular lewat transfusi darah dan pemberian transfusi harus dilakukan secara ketat bahkan untuk kasus emergency.

Berikut ini adalah efek samping/reaksi dari transfusi darah, yaitu :
a. Komplikasi akut, yaitu reaksi transfusi yang terjadi selama dan segera setelah transfusi   (dalam 24 jam) :
Ø  Hipersensitif
Ø  Febrile non hemolytic reaction
Ø  Overload cairan
Ø  Anafilaksis
Ø  Hemolisis intravaskuler akut
Ø  Kontaminasi bakteri dan syok septic
Ø  TRALI (transfusion-associated acute lung injury)
Ø   Komplikasi metabolik (hiperkalemia, toksisitas sitrat dan hipokalsemia)
b. Komplikasi lambat, yaitu reaksi transfusi dengan tanda dan gejala yang muncul ≥ 5-10 hari setelah transfusi:
Ø  Reaksi hemolitik lambat
Ø  Post-transfusion purpura
Ø   Graft versus host disease (GvHD)
Ø  Overload besi khususnya pada transfusion-dependent patient
Ø  Penularan infeksi menular lewat transfusi darah seperti HIV, HBV, HCV, sifilis, malaria, CMV, atau lainnya (toxoplasmosis, Epstein-Barr virus, chagas disease, brucellosis, human parvovirus B19, infectious mononucleosis, dan Lymes dis



Tidak ada komentar:

Posting Komentar