TRANSFUSI DARAH
Transfusi darah secara universal dibutuhkan
untuk menangani pasien anemia berat, pasien dengan kelaian darah bawaan, pasien
yang mengalami kecederaan parah, pasien yang hendak menjalankan tindakan bedah
operatif dan pasien yang mengalami penyakit liver ataupun penyakit lainnya yang
mengakibatkan tubuh pasien tidak dapat memproduksi darah atau komponen darah
sebagaimana mestinya. Pada negara berkembang, transfusi darah juga diperlukan
untuk menangani kegawatdaruratan melahirkan dan anak-anak malnutrisi yang
berujung pada anemia berat (WHO, 2007). Tanpa darah yang cukup, seseorang dapat
mengalami gangguan kesehatan bahkan kematian. Oleh karena itu, tranfusi darah
yang diberikan kepada pasien yang membutuhkannya sangat diperlukan untuk
menyelamatkan jiwa. Angka kematian akibat dari tidak tersedianya cadangan
tranfusi darah pada negara berkembang relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan
ketidakseimbangan perbandingan ketersediaan darah dengan kebutuhan rasional. Di
negara berkembang seperti Indonesia, persentase donasi darah lebih minim
dibandingkan dengan negara maju padahal tingkat kebutuhan darah setiap negara
secara relatif adalah sama. Indonesia memiliki tingkat penyumbang enam hingga
sepuluh orang per 1.000 penduduk. Hal ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan
sejumlah negara maju di Asia, misalnya di Singapura tercatat sebanyak 24 orang
yang melakukan donor darah per 1.000 penduduk, berikut juga di Jepang tercatat
sebanyak 68 orang yang melakukan donor darah per 1.000 penduduk (Daradjatun,
2008).
Indonesia
membutuhkan sedikitnya satu juta pendonor darah guna memenuhi kebutuhan 4,5
juta kantong darah per tahunnya. Sedangkan unit transfusi darah Palang Merah
Indonesia (UTD PMI) menyatakan bahwa pada tahun 2008 darah yang terkumpul
sejumlah 1.283.582 kantong. Hal tersebut menggambarkan bahwa kebutuhan akan
darah di Indonesia yang tinggi tetapi darah yang terkumpul dari donor darah
masih rendah dikarenakan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia untuk menjadi
pendonor darah sukarela masih rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
kendala misalnya karena masih kurangnya pemahaman masyarakat -tentang masalah
transfusi darah, persepsi akan bahaya bila seseorang memberikan darah secara
rutin. Selain itu, kegiatan donor darah juga terhambat oleh keterbatasan jumlah
UTD PMI di berbagai daerah, PMI hanya mempunyai 188 unit tranfusi darah (UTD).
Mengingat jumlah kota/kabupaten di Indonesia mencapai sekitar 440.
A. DEFENISI DARAH
Darah adalah cairan yang
terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) yang berfungsi mengirimkan
zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme,
dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah
medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato-
yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Darah merupakan suatu cairan yang
sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta
memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang
cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat
mengakibatkan kematian.
Darah pada tubuh manusia mengandung
55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah
darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang
dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter.
a. Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia :
1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
6. Menjaga suhu temperatur tubuh
7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku
8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dll.
1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
6. Menjaga suhu temperatur tubuh
7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku
8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dll.
Darah cair atau plasma darah adalah
cairan darah berbentuk butiran-butiran darah. Di dalamnya terkandung
benang-benang fibrin / fibrinogen yang berguna untuk menutup luka yang terbuka.
b. Isi Kandungan Plasma Darah
Manusia :
1. Gas oksigen, nitrogen dan karbondioksida
2. Protein seperti fibrinogen, albumin dan globulin
3. Enzin
4. Antibodi
5. Hormon
6. Urea
7. Asam urat
8. Sari makanan dan mineral seperti glukosa, gliserin, asam lemak, asam amino, kolesterol, dsb.
1. Gas oksigen, nitrogen dan karbondioksida
2. Protein seperti fibrinogen, albumin dan globulin
3. Enzin
4. Antibodi
5. Hormon
6. Urea
7. Asam urat
8. Sari makanan dan mineral seperti glukosa, gliserin, asam lemak, asam amino, kolesterol, dsb.
B. DEFENISI TRANSFUSI DARAH
Transfusi darah adalah proses
transfer darah dari satu orang ke sistem peredaran darah orang lain. Transfusi
darah dapat menyelamatkan jiwa dalam beberapa situasi, seperti kehilangan darah
besar karena trauma dan memerlukan suplai darah dari luar, atau dapat digunakan
untuk menggantikan darah yang hilang selama operasi.
Transfusi darah juga dapat digunakan
untuk mengobati anemia berat atau trombositopenia disebabkan oleh penyakit
darah. Orang yang menderita hemofilia atau penyakit sel sabit mungkin
memerlukan transfusi darah sering. Awal digunakan transfusi darah secara
keseluruhan, tapi praktek kedokteran modern biasanya menggunakan hanya komponen
darah.
C. FAKTA-FAKTA TENTANG TRANSFUSI DARAH :
- Satu
kantung/labu darah yang kita sumbangkan, rata-rata bisa menyumbang untuk 3
kehidupan (tambahan: dan hanya
awet selama 28 hari/ 4 minggu)
- Orang dewasa yang sehat minimal 17 tahun, dan
setidaknya mempunyai berat 110 lbs (+/- 45 kg), dapat menyumbangkan
sekitar satu labu setiap 56 hari, atau setiap dua bulan.
- Empat utama sel darah merah tipe: A, B, AB dan O. RH
faktor bisa positif atau negatif. AB merupakan penerima universal; O
negatif adalah universal donor sel darah merah.
- Satu unit darah dapat dipisahkan menjadi beberapa
komponen: sel darah merah, plasma, platelets dan cryoprecipitate.
- Sel darah merah membawa oksigen ke organ-organ tubuh
dan jaringan. Sel darah merah tinggal sekitar 120 hari dalam sistem
peredaran darah.
- Platelets mempromosikan darah dan memberi mereka yang
leukemia dan kanker lainnya kesempatan untuk hidup.
- Plasma adalah kuning pucat campuran air, protein dan
garam. Plasma, yang 90 persen air, membuat sampai 55 persen dari volume
darah.
- 42 hari: lamanya sel darah merah dapat disimpan. Lima
hari: lamanya platelets dapat disimpan. Satu tahun: lamanya plasma beku
dapat disimpan. (ini masih menjadi perdebatan karena di Indonesia usia
penyimpanan Sel darah merah itu hanya 28 hari atau sekitar 4 minggu)
- Anak-anak yang dirawat untuk kanker, bayi prematur dan
anak-anak yang memerlukan operasi jantung dan darah platelets dari
donor dengan berbagai jenis, khususnya jenis golongan darah O.
- Pasien penderita kurang darah memerlukan transfusi
darah untuk meningkatkan tingkat sel darah merah. Kanker, transplantasi
dan trauma pasien, serta pasien yang menjalani operasi jantung terbuka
memerlukan platelet transfusions untuk bertahan hidup.
- Tes tigabelas (11 untuk penyakit menular) yang
dilakukan pada setiap unit darah yang disumbangkan.
- 17 persen dari non-donor memberikan alasan “never
thought about it” sebagai alasan utama untuk tidak menjadi donor,
sedangkan 15 persen mengatakan mereka sudah terlalu sibuk.
- # 1 alasan donor darah mereka berikan adalah karena
mereka “ingin membantu orang lain.“
- Jika semua memberi donor darah tiga kali dalam setahun,
kekurangan darah akan menjadi peristiwa langka di dunia ini
- 46,5 gallons: jumlah darah yang dapat disumbangkan jika
anda mulai pada usia 17 dan donasi setiap 56 hari hingga mencapai 79
tahun.
- Empat langkah mudah untuk menyumbangkan darah: sejarah
medis, tes fisik cepat, donor dan makanan ringan.
- Donor darah biasanya hanya
memakan waktu sekitar 10 menit (namun
bisa memperpanjang nyawa yang membutuhkan, selama bertahun2 lagi).
Seluruh proses – mulai dari waktu anda masuk ke waktu yang meninggalkan –
berlangsung sekitar satu jam. Setelah menyumbangkan darah, tubuh anda
mengganti cairan dalam 1 jam dan sel darah merah dalam waktu empat minggu.
Delapan bulan yang diperlukan untuk mengembalikan besi hilang setelah
sumbangan.
- Darah membuat sampai sekitar 7 persen dari berat badan
Anda. Memberikan darah tidak akan
menurunkan kekuatan.
a. Syarat-syarat
Teknis Menjadi Donor Darah :
- Umur 17
- 60 tahun
( Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat ijin tertulis dari orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat menyumbangkan darahnya dengan jarak penyumbangan 3 bulan atas pertimbangan dokter ) - Berat
badan minimum 45 kg
- Temperatur
tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral)
- Tekanan
darah baik ,yaitu:
Sistole = 110 - 160 mm Hg
Diastole = 70 - 100 mm Hg - Denyut
nadi; Teratur 50 - 100 kali/ menit
- Hemoglobin
Wanita minimal = 12 gr %
Pria minimal = 12,5 gr % - Jumlah
penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak penyumbangan
sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum
donor.
b. Seseorang tidak boleh menjadi
donor darah pada keadaan:
- Pernah
menderita hepatitis B.
- Dalam
jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis.
- Dalam
jangka waktu 6 bulan sesudah transfusi.
- Dalam
jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga.
- Dalam
jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
- Dalam
jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil.
- Dalam
jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.
- Dalam
jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera, tetanus
dipteria atau profilaksis.
- Dalam
jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica,
measles, tetanus toxin.
- Dalam
jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies
therapeutic.
- Dalam
jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
- Dalam
jangka waktu 1 tahun sesudah transpalantasi kulit.
- Sedang
hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan.
- Sedang
menyusui.
- Ketergantungan
obat.
- Alkoholisme
akut dan kronik.
- Sifilis.
- Menderita
tuberkulosa secara klinis.
- Menderita
epilepsi dan sering kejang.
- Menderita
penyakit kulit pada vena (pembuluh balik) yang akan ditusuk.
- Mempunyai
kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD,
thalasemia, polibetemiavera.
- Seseorang
yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk
mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks,
pemakai jarum suntik tidak steril).
- Pengidap
HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.
c. Manfaat
Donor Darah ( bagi Pendonor) :
- Dapat
memeriksakan kesehatan secara berkala 3 bulan sekali seperti tensi, Lab
Uji Saring (HIV, Hepatitis B, C, Sifilis dan Malaria).
- Mendapatkan
piagam penghargaan sesuai dengan jumlah menyumbang darahnya antara lain
10, 25, 50, 75, 100 kali.
- Donor
darah 100 kali mendapat penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari
Pemerintah.
- Merupakan
bagian dari ibadah.
5. Sarana amal kemanusiaan bagi yang
sakit, kecelakaan, operasi dll
(setetes darah merupakan nyawa bagi mereka)
(setetes darah merupakan nyawa bagi mereka)
6. Orang yang aktif Donor jarang
terkena penyakit ringan maupun berat.
(Pengalaman di perusahaan membandingkan sebelum dan setelah adanya kegiatan donor darah tingkat yang sakit turun hampir 50% )
(Pengalaman di perusahaan membandingkan sebelum dan setelah adanya kegiatan donor darah tingkat yang sakit turun hampir 50% )
7. Pemeriksaan ringan secara triwulanan
meliputi Tensi darah, kebugaran (Hb), gangguan kesehatan (hepatitis, gangguan
dalam darah dll)
8. Mencegah stroke (Pria lebih rentan
terkena stroke dibanding wanita karena wanita keluar darah rutin lewat
menstruasi kalau pria sarana terbaik lewat donor darah aktif)
Tunggu kapan lagi ? ayo mulai dari sekarang.
Tunggu kapan lagi ? ayo mulai dari sekarang.
d. Manfaat
darah donor bagi penerima (resipien)?
Sekantong
darah yang didonorkan seringkali dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Darah adalah komponen tubuh yang
berperan membawa nutrisi dan oksigen ke semua organ tubuh, termasuk organ-organ
vital seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan hati. Jika darah yang
beredar di dalam tubuh sangat sedikit oleh karena berbagai hal, maka
organ-organ tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen. Akibatnya, dalam
waktu singkat terjadi kerusakan jaringan dan kegagalan fungsi organ, yang
berujung pada kematian.
Untuk mencegah hal itu, dibutuhkan pasokan darah dari luar tubuh. Jika darah dalam tubuh jumlahnya sudah memadai, maka kematian dapat dihindari.
Untuk mencegah hal itu, dibutuhkan pasokan darah dari luar tubuh. Jika darah dalam tubuh jumlahnya sudah memadai, maka kematian dapat dihindari.
e. Kapan
seseorang memerlukan transfusi darah ?
Transfusi darah diperlukan saat anda
kehilangan banyak darah, misalnya pada :
- Kecelakaan,
trauma atau operasi pembedahan yang besar.
- Penyakit
yang menyebabkan terjadinya perdarahan misal maag khronis dan berdarah.
- Penyakit
yang menyebabkan kerusakan sel darah dalam jumlah besar, misal anemia
hemolitik atau trombositopenia.
Jika anda
menderita penyakit pada sumsum tulang sehingga produksi sel darah terganggu
seperti pada penyakit anemia aplastik maka anda juga akan membutuhkan transfusi
darah. Beberapa penyakit seperti hemofilia yang menyebabkan gangguan produksi
beberapa komponen darah maka anda mungkin membutuhkan transfusi komponen darah
tersebut.
f. Apakah transfusi darah aman?
Menurut
Palang Merah Indonesia (PMI), darah transfusi di Indonesia relatif aman dan
bebas dari segala macam penyakit berbahaya. Setiap darah donor akan dilakukan
pemeriksaan yang ketat sehingga jarang sekali seseorang mendapatkan penyakit
dari darah donor.
Masalah
utama transfusi darah yang saat ini masih ada adalah kecelakaan akibat
ketidakcocokan golongan darah. Meskipun angka kejadiannya boleh dikatakan
sangat kecil namun inkompabilitas transfusi darah ini beresiko menyebabkan
penderita mengalami reaksi yang sangat serius dan mengancam nyawa.
Beberapa
penderita mendonorkan darahnya beberapa minggu sebelum dioperasi. Jika dalam
operasi dibutuhkan darah maka dia dapat menggunakan darahnya sendiri sehingga
reaksi transfusi dapat dikurangi.
Saat
menerima darah transfusi, sistem pertahanan tubuh akan bereaksi karena
menganggap darah yang masuk adalah benda asing. Tubuh akan menolak darah yang
masuk dan berusaha menghancurkannya. Namun, keadaan ini dapat dicegah dengan
pemeriksaan golongan darah yang ketat sebelum dilakukan transfusi darah. Darah
penerima dan darah donor dicocokan golongan darahnya, baik melalui sistem ABO
maupun Rhesus.
Meskipun
telah dilakukan pencocokan golongan darah, beberapa penderita tetap dapat
mengalami reaksi ringan transfusi darah seperti :
- Demam.
- Gatal
dan bintik bintik merah pada kulit.
- Nafas
pendek.
- Nyeri.
- Berdebar
debar.
- Menggigil.
- Tekanan
darah menurun.
Reaksi
transfusi ini memang sedikit menakutkan namun tidak berbahaya jika cepat
ditangani.
D. TRANSFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRI
Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi
memerlukan transfusi darah. Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua
tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga
memerlukan transfusi darah. Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum, placenta
previa, dan ruptur kehamilan ektopik. Perdarahan di bidang obstetri masih
merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia. Para ahli kebidanan
dan kandungan perlu mengetahui aspek-aspek transfusi darah dan
mengaplikasikannya dalam praktik klinis.
Makalah ini akan mengupas
tentang skrining golongan darah saat prenatal care,
indikasi transfusi darah, jenis komponen darah, efek samping/risiko transfusi
darah, serta pengadaan darah emergency.
1. Skrining golongan darah
Salah
satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat kunjungan
pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan
darah ABO dan Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang
berpotensi menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN).
Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor darah
sesuai golongan darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan darah Rh(D)
negatif maka dapat diberikan anti(D) immune-globulin sesuai
indikasi.2,3,5 Pemberian anti(D) immune-globulin dosis
500mg/IM kepada semua ibu dengan Rh(D) negatif dalam 72 jam setelah persalinan
jika bayi Rh(D) positif, ini merupakan upaya yang umumnya dilakukan untuk
mencegah HDN.3
Hal ini
dapat memberikan perlindungan sampai 4mL sel darah merah bayi. Upaya tersebut
penting mengingat prevalensi populasi dengan Rh(D) negatif di Indonesia sangat
rendah (kurang dari 1%). Tetapi, berdasarkan survei di beberapa rumah sakit
besar dan klinik bersalin di Yogyakarta, pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan.
Pemeriksaan skrining antibodi tidak dapat dilakukan oleh setiap rumah sakit di
Indonesia dan biayanya relatif mahal.
2. Indikasi transfusi darah
Anemia
pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 g/dL
pada trimester I dan III serta 10,5 g/dL pada trimester II. Diagnosis dan
terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan merupakan tindakan
yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi darah. Keputusan untuk
transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja, tetapi juga berdasar
indikasi klinis pasien.
Perdarahan
yang terjadi pada persalinan normal atau seksio cesaria sebenarnya tidak
membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb ibu sebelum persalinan di atas 10,0 –
11,0 g/dL. 3 Sebaliknya, transfusi darah hampir selalu diindikasikan jika Hb
<7 g/dL. Contoh schedule pemesanan
darah (Tabel 1) sebagai panduan memperkirakan penggunaan darah untuk tindakan
pembedahan pada pasien dewasa adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Rencana pemesanan darah :
Prosedur
|
Tindakan
|
Terminasi kehamilan
|
Gol
|
Persalinan normal
|
Gol
|
Seksio cesaria
|
Gol
|
Placenta previa/retained placenta
|
XM 4
|
Perdarahan antepartum/postpartum
|
XM 2
|
Dilatasi dan kuretase
|
Gol
|
Histerektomi: abdominal atau vaginal: simple
|
Gol
|
Histerektomi: abdominal atau vaginal: extended
|
XM 2
|
Myomectomi
|
XM 2
|
Mola hidatidosa
|
XM 2
|
Oophorectomi (radical)
|
XM 4
|
Keterangan: XM: crossmatch; Gol: golongan darah ABO &
Rh
Pemesanan darah minimal dilakukan 2 hari sebelum prosedur atau
tindakan dilakukan. Keuntungan tenggat waktu ini adalah untuk penyiapan darah
atau mencari donor darah jika tidak tersedia stok darah di Unit Pelayanan
Transfusi Darah (UPTD). Turnaround times untuk
pemeriksaan golongan darah pasien dan donor adalah 15 menit sedangkan untuk crossmatch
dibutuhkan waktu sekitar 1 jam. Jika tidak tersedia stok darah dan
darah diambil langsung dari donor, maka perlu waktu sedikitnya 3 jam agar
produk darah siap dan aman untuk ditransfusikan.
Pada
kasus terminasi kehamilan, persalinan normal, seksio cesaria, kuretase, atau
histerektomi simple jika ternyata membutuhkan
darah dan emergency maka berlaku prosedur emergency
yaitu darah sesuai golongan ABO dan Rh yang belum dilakukan crossmatch
atau Packed Red Cell (PRC)
golongan O dapat diberikan kepada pasien.
3. Jenis komponen darah
Beberapa
komponen darah tersedia untuk penggantian volume sirkulasi serta mengganti
faktor koagulasi dan kapasitas angkut oksigen. Pemberian komponen darah
memungkinkan penggantian komponen darah secara spesifik sesuai yang dibutuhkan
pasien.
7,8
Transfusi darah dan atau komponen darah ditujukan untuk menjaga kadar
fibrinogen di atas 1 g/L, menjaga Prothrombin Time (PT) dan
Activated Partial Thromboplastin Time (APTT)
kurang dari 1,5 kali nilai kontrol, serta menghentikan perdarahan aktif yang
persisten/berlanjut.
4. Whole blood (WB)
Yang
disebut fresh whole blood (FWB) adalah darah lengkap
dengan masa simpan ≤36 jam, Tidak setiap kabupaten/kota di Indonesia memiliki
Unit Transfusi Darah (UTD) yang dikelola PMI atau RSUD dan tidak setiap UTD
mampu memproses pemisahan komponen darah. Pada kondisi seperti ini, kebutuhan
transfusi darah hanya dapat dipenuhi dengan WB. Monitor ketat transfusi perlu
dilakukan untuk menghindari kemungkinan overload cairan.
Dalam masa simpan tersebut komponen darah selain sel darah merah seperti
trombosit dan faktor koagulasi diharapkan masih viable
dan bermanfaat bagi pasien.
5. Packed red cell (PRC)
·
Isi :
- Hematokrit 35-45%
- Tidak
ada trombosit dan faktor koagulasi labil (V dan VIII) yang fungsional
·
Penyimpanan :
-
Disimpan pada suhu 2-6°C di blood bank refrigerator
- Masa simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada pasien
dalam 30 menit setelah darah keluar dari
blood bank refrigerator
·
Indikasi :
-
Penggantian sel darah merah pada perdarahan akut disertai hipovolumia
-
Transfusi tukar
- Pasien yang membutuhkan penggantian sel darah
merah tetapi komponen PRC tidak tersedia.
·
Kontraindikasi :
- Anemia
kronis
- Pasien
gagal jantung
·
Cara transfusi :
-
Golongan darah ABO dan Rh antara pasien dan donor harus kompatibel/cocok
- Tidak boleh menambahkan obat dalam kantong
darah
-
Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal dalam 4 jam
·
Penyimpanan :
-
Disimpan pada suhu 2-6°C di blood bank refrigerator
- Masa
simpan 28 hari
- Darah harus sudah ditransfusikan kepada pasien
dalam 30 menit setelah darah keluar dari blood bank refrigerator
·
Indikasi :
Penggantian sel darah merah pada pasien
anemia:
- Hb
<7 g/dL
- Hb
<10 g/dL dengan gejala anemia dan atau tanda vital tidak stabil
Cara transfusi
-
Golongan darah ABO dan Rh antara pasien dan donor harus kompatibel/cocok
- Tidak
boleh menambahkan obat dalam kantong darah
-
Transfusi 1 unit PRC diselesaikan maksimal dalam 4 jam
- Untuk memperlancar aliran
transfusi, dapat ditambahkan normal saline (50-100 mL) menggunakan set infuse Y-pattern
Tujuan transfusi PRC adalah
penggantian kapasitas angkut oksigen oleh sel darah merah. Dosis awal biasanya
2-4 unit.
Transfusi 1 unit PRC diharapkan
menaikkan kadar hematokrit sekitar 3%.
6. Washed Red Cell (WRC),
indikasi untuk pasien yang mengalami reaksi
alergi terhadap protein plasma.
7. Thrombocyte concentrate (TC)
·
Isi :
3,9 – 4,3 x 109 trombosit
·
Penyimpanan :
-
Disimpan pada suhu 20-24°C di platelet agitator
- Masa
simpan 5 hari
Penyimpanan lebih lama meningkatkan risiko
kontaminasi bakteri
·
Indikasi :
-
Trombositopenia:
1. Jumlah trombosit
<15.000/mmk
2. Jumlah trombosit
<50.000/mmk dengan perdarahan atau pembedahan
3. Jumlah trombosit <100.000/mmk dengan
perdarahan masif atau perdarahan terus-menerus.
-
Gangguan/kelainan kualitas trombosit
·
Kontraindikasi :
- Immune
Thrombocytopenia Purpura (ITP)
- Thrombotic
Thrombocytopenia Purpura (TTP)
- Untreated
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
-
Hipersplenisme
·
Cara transfuse :
-
Trombosit harus segera ditransfusikan dalam 30 menit setelah keluar
dari platelet
agitator di UPTD dan selesai maksimal dalam 4 jam.
- Trombosit tidak boleh dimasukkan dalam refrigerator/kulkas
di bangsal karena akan mengurangi
fungsi trombosit
Catatan :
- 1 unit TC diharapkan menaikkan
jumlah trombosit sekitar 3000-5000/mmk sehingga transfusi 6 unit TC diharapkan
menaikkan jumlah trombosit 18.000-30.000/mmk.
- Kenaikan jumlah trombosit
kurang tercapai jika terdapat splenomegali, DIC, atau septicemia pada pasien.
- Keberhasilan transfusi
trombosit dapat dievaluasi dengan menilai corrected platelet
count increment (CCI)
8. Fresh frozen plasma (FFP)
Indikasi:
a.
PT dan APTT >1,5 kali nilai kontrol
b.
Overdosis obat antikoagulan
c.
Diketahui menderita defisiensi faktor koagulasi
dengan perdarahan
d.
PT>16 detik atau INR>1,8 dengan perdarahan
atau untuk mengantisipasi tindakan invasif.
e.
DIC
f.
TTP
g.
Transfusi masif >10 unit PRC
h.
>1500 ml cell saver blood
reinfused
i.
PT>35 detik dengan perdarahan atau untuk
mengantisipasi tindakan invasif.
Fresh Frozen Plasma berisi
semua faktor pembekuan, AT III, protein C dan S, albumin serta imunoglobulin.
Dosis awal biasanya 2-6 unit.7
Kadar faktor koagulasi labil
akan menurun dengan cepat sehingga harus ditransfusikan dalam 6 jam setelah
dicairkan. Plasma golongan A dapat diberikan pada pasien golongan A atau O;
plasma golongan B dapat diberikan pada pasien golongan B atau O; plasma
golongan O hanya dapat diberikan pada pasien golongan O; dan plasma golongan AB
dapat diberikan pada semua pasien. Reaksi transfusi yang sering terjadi pada
transfusi FFP berupa reaksi alergi akut sampai anafilaksis terutama dengan
kecepatan infus cepat.
9. Cryoprecipitate/AHF
Indikasi:
a.
Isolated Factor VIII, Factor IX,
Factor XIII deficiency or von Willebrand’s disease
b.
Hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen <80-100
mg/dL) dan disfibrinogenemia
c.
Pasien dengan surgical
coagulopathy
d.
Digunakan sebagai local
factor coagulant selama pembedahan
Cryoprecipitate berisi
kurang lebih setengah faktor VIII dan fibrinogen dari kadarnya dalam darah
lengkap, misal 56-75 IU/unit, fibrinogen 105-210 mg/unit. Dosis awal biasanya
10-20 unit.
Berdasar laporan pengeluaran
darah UPTD RSUP DR Sardjito Januari - April 2010, rata-rata penggunaan darah
oleh Bagian Kebidanan dan Kandungan RSUP DR. Sardjito sebanyak 195 unit/bulan
atau 8% dari total pengeluaran darah. Perbandingan penggunaan WB dibanding
komponen darah adalah 3:7. Komponen darah yang dipakai adalah PRC (66%) dan TC
(4%). Jumlah unit darah yang diminta ke UPTD dibanding jumlah darah yang
digunakan adalah 2:1 sehingga banyak unit darah yang tidak jadi terpakai. Data
ini menunjukkan bahwa penggunaan darah di Bagian Kebidanan dan Kandungan RSUP
DR. Sardjito sudah cukup baik dengan indikasi penggunaan komponen darah sampai
70% tetapi rencana penggunaan darah belum efektif. Oleh karena itu diperlukan
kerjasama dan komunikasi yang baik antara klinisi pengguna darah dan penyedia
darah (UPTD).
10. Pelayanan darah emergency
Perdarahan pada proses
persalinan kadang tak dapat diprediksi dan masif. Saat persalinan, aliran darah
ke plasenta kurang lebih 700 mL per menit. Seluruh volume darah pasien dapat
habis/hilang dalam 5-10 menit.
Untuk mendapatkan darah/komponen
darah pada kasus perdarahan masif (kondisi emergency),
langkah pertama yang dilakukan adalah menginformasikan kebutuhan darah bagi
pasien melalui telepon ke Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD). Langkah kedua
adalah mengirimkan surat permintaan darah dan sampel darah pasien ke UPTD. Di
UPTD telah disediakan stok darah emergency dari
setiap golongan ABO sehingga pasien mendapat darah sesuai golongan sistem
ABO-nya dan belum dilakukan
uji silang serasi (uncrossmatched). Pada
kondisi tidak tersedia darah sesuai golongan ABO, dapat diberikan packed
red cell (PRC) golongan O (dalam waktu 5 menit). Karena prevalensi Rh(D)
negatif sangat rendah, untuk kasus emergency seperti
tersebut di atas tidak perlu diberikan golongan O Rh(D) negatif, tetapi dengan
golongan O Rh(D) positif. Jika pasien telah diketahui golongan darah sistem ABO
dan Rh saat prenatal care, maka
penentuan golongan darah Rh yang akan diberikan tidak menjadi masalah lagi.
Sebelum darah dikeluarkan untuk pasien, petugas UPTD melakukan pemeriksaan
konfirmasi golongan darah pasien dan donor. Turnaround time untuk
pemeriksaan konfirmasi golongan darah adalah 15 menit. Uji silang serasi tetap
dilanjutkan di UPTD dan jika hasilnya inkompatibel maka akan diinformasikan
kepada dokter yang merawat pasien. Petugas dari bagian kebidanan yang
mengantarkan surat permintaan darah dan sampel pasien menunggu proses
konfirmasi golongan darah pasien dan donor atau menunggu darah dikeluarkan.
Langkah ketiga, petugas dari bagian kebidanan langsung membawa darah ke ruang
operasi/bangsal dimana pasien membutuhkan darah. Untuk mencegah kemungkinan
kesalahan transfusi, perawat atau dokter mencocokkan kembali identitas pasien
pada label kantong darah dan pergelangan tangan pasien atau papan di tempat
tidur pasien sebelum darah ditransfusikan. Kondisi tersebut menjadi alasan
mengapa perdarahan akut merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu jika
tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat.
11. Transfusi masif di bidang obstetri
Transfusi
masif didefinisikan sebagai transfusi darah lebih dari 10 unit produk sel darah
merah (PRC/WB) dalam 24 jam; sebanyak 50% volume darah total diganti dalam
waktu 2 jam; atau kehilangan darah lebih dari 150 mL/menit.4
Transfusi
masif di bidang obstetri mungkin dilakukan pada perdarahan postpartum
berat. Menurut WHO, definisi perdarahan postpartum
adalah kehilangan darah lebih dari 500 mL selama dan sesudah
persalinan atau kehilangan sejumlah darah postpartum yang
menyebabkan instabilitas hemodinamik; perdarahan postpartum
berat yaitu kehilangan darah >1000 mL; perdarahan obstetri masif
yaitu kehilangan 50% volume darah sirkulasi <3jam atau kehilangan darah
>150 mL/menit.
Transfusi masif dengan darah
(WB) simpan akan memperberat trombopati dan koagulopati disebabkan karena
trombositopenia dilusional, deplesi faktor koagulasi, asidosis dan hipotermia.
Oleh karena itu, setiap transfusi 5-10 unit darah simpan diberikan 1 unit darah
segar, setiap 1 liter transfusi citrated blood diberikan
10 mL 10% calcium gluconate IV untuk mencegah toksisitas
sitrat, darah ditransfusikan dengan alat penghangat darah, dan menggunakan set
transfusi yang dilengkapi filter mikroagregat.8 Toksisitas sitrat mungkin akan
terlihat jika kecepatan transfusi melebihi 1 unit darah dalam 5 menit (1
mL/kgBB/menit). Tandanya antara lain adanya perubahan EKG (QT memanjang, QRS
melebar, gelombang T mendatar sampai henti jantung), hipotensi, dan nadi cepat.
Jika koreksi dengan kalsium gagal dapat diberikan magnesium IV.
12. Efek samping/reaksi transfusi
Transfusi
darah mungkin merupakan sutu tindakan yang menyelamatkan hidup tetapi bukan
tanpa risiko. Sebelum dokter memutuskan transfusi darah bagi pasien, ia harus
harus selalu mempertimbangkan manfaat dan risikonya. Risiko terbesar transfusi
darah adalah jika pasien ditransfusi dengan darah yang ‘salah’ (terbanyak
disebabkan clerical error). Oleh karena itu prosedur baku
untuk mendapatkan sampel yang tepat, crossmatch,
skrining infeksi menular lewat transfusi darah dan pemberian transfusi harus
dilakukan secara ketat bahkan untuk kasus emergency.
Berikut ini adalah efek samping/reaksi dari
transfusi darah, yaitu :
a.
Komplikasi akut, yaitu reaksi transfusi yang terjadi selama dan segera setelah
transfusi (dalam 24 jam) :
Ø Hipersensitif
Ø Febrile
non hemolytic reaction
Ø Overload
cairan
Ø Anafilaksis
Ø Hemolisis
intravaskuler akut
Ø Kontaminasi
bakteri dan syok septic
Ø TRALI (transfusion-associated
acute lung injury)
Ø Komplikasi metabolik
(hiperkalemia, toksisitas sitrat dan hipokalsemia)
b. Komplikasi lambat, yaitu
reaksi transfusi dengan tanda dan gejala yang muncul ≥ 5-10 hari setelah
transfusi:
Ø Reaksi
hemolitik lambat
Ø Post-transfusion
purpura
Ø Graft versus host disease
(GvHD)
Ø Overload
besi khususnya pada transfusion-dependent
patient
Ø Penularan
infeksi menular lewat transfusi darah seperti HIV, HBV, HCV, sifilis, malaria,
CMV, atau lainnya (toxoplasmosis, Epstein-Barr virus, chagas
disease, brucellosis, human parvovirus B19, infectious mononucleosis, dan Lymes
dis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar