Kamis, 03 Mei 2012


HERPES SIMPLEKS

A.  Definisi
Herpes simpleks adalah infksi akut yang disebabkan oleh virus herfes simpleks (virus hominis) tipe I atau II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritomatosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.

B.  Epidemiologi
Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh virus herves simpleks tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi virus herves simpleks tipe II biasanya terjadi  pada dekade II atau III dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual.

C.  Etiologi
Herpeks simleks disebabkan oleh herpes virus hominis, dengan diameter 100 nm. Virus herves homins merupakan virus DNA yang mempunyai dua tipe berdasarkan perbedaan struktur antigenik dan lokasi klinis (tempat predileksi) yaitu tipe I yang biasanya menyebabkan infeksi pada daerah labial dan non genital, serta tipe II yang biasany ditularkan melalui hubungan seksual.

D. Patofisiologi
Herves simpleks yang disebabkan oleh virus DNA menular masuk kedalam nukleus sel dan memanfaatkan media reproduksi sel untuk replikasinya sendiri. Bentuk herves ini diperoleh dari kontak yang dekat dengan anggota keluarga atau orang yang terinfeksi tanpa hubungan seksual. Penularan dapat melalui ciuman, sentuhan dan memakai handuk secara bersamaan.
Selam infeksi primer virus ini berjalan naik melalui saraf periver mencapai rudiks gangglia dorsalis, dimana virus akan berada dalam stadium dorman – herves progenetalis  telah menjadi penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang terpopuler di USA. Herves ini menyebabkan tukak dan vesikel yang menyebabkan rasa nyeri dan terbakar.
Infeksi herpes rekurens dapat mengikuti infeksi primer dalam beberapa minggu, bulan atau tahun. Karena infeksi herpes awal dapat ringan, maka penderita bisa tidak menyadari bahwa dia sudah terkena infeksi primer. Bertahun-tahun kemudian, ketika infeksi rekuren timbul, bisa timbul salah dugaan terhadap pasangannya. Pada manusia, hanya 14% dari penderita herpes tipe I yang mendapatkan herpes rekuren, sedangkan 60% infeksi herpes tipe II menjadi rekuren. 98% dari herpes genetalis rekuren disebabkan oleh virus tipe II. ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya rekuren. Keadaan ini dapat dicetuskan oleh adanya demam, sinar matahari, ovulasi, dan trauma fisik.
Infeksi herpes dapat menimbulkan implikasi serius apabila terjadi pada mata, sekitar serviks, pada bayi baru lahir, atau pada individu yang kekebalannya tertekan. Infeksi herpes pada mata dapat menyebabkan keratitis herpetika. Dapat terjadi jaringan parut pada kornea atau bahkan perforasi kornea. Seorang wanita hamil yang menderita herpes genitalis aktif dapat menularkan virus tersebut pada bayinya pada waktu bayi tersebut melalui jalan lahir. Dapat terjadi ensefalitis berat pada bayi baru lahir dengan komplikasi retardasi mental dan kematian. Bedah caesar merupakn indikasi bagi wanita yang pada saat melahirkan menderita herpes genitalis.
Demikian pula apabila ibu atau orang yang bekerja pada tempat perawatan bayi memiliki vesikel herpes aktif pada bibirnya atau tangannya, bayi akan terinfeksi. Infeksi denga herpes tipe I dapat menyebabkan penyakit yang sama beratnya dengan infeksi herpes tipe II. infeksi herpes pada penderita yang sakit berat atau yang kekebalannya tertekan dapat menyebabkan terjadinya tukak kronik yang tidak menyembuh, herpes diseminata dan ensefalitis.
E.  Manifestasi Klinik
Infeksi HVS ini berlangsung dalam 3 tingkat:
  1. Infeksi primer
Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di daerah hidung dan mulut, biasanya di mulai pada usia anak-anak, kecuali inkubasi yang terjadi secara kebetulan, misalnya kontak kulit pada perawat, dokter gig atau pada orang yang sering menggigit jari (herpetic whitlow).
Infeksi primer oleh VHS tipe II mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonatus.
Daerah predileksi ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti orogenital. Kadang-kadang disebabkan oleh VHS tipe I sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat disebabkan oleh tipe II.
Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira tiga minggu dan sering disertai gejala sistemik seperti demam, mlaise dan anoreksia dan dapat ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional.
Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok di tas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat terjadi krusta dan kadang-kadang ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tanpa sikatris.
  1. Fase laten
Fase  ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan yang tidak aktif pada ganggilon dorsalis.
  1. Infeksi rekurens
Infeksi ini berarti VHS pada gangglion dorsalis yang tidak aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga memberi gejala klinis. Makanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik (demam, trauma, infeksi, kurang tidur, hubunga seksual dan sebagainya), trauma psikis (gangguan emosional, menstruasi) dan dapat pula timbul akibat jenis makanan dan minuman yang merangsang (alkohol).
Gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala prodormal lokal sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal dan nyeri. Infeks rekurens ini timbul pada tempat yang sama (loco) atau tempat lain/tempat disekitarnya (non loco).

F.  Tes Dignostik
Diagnosis herpes biasanya ditegakkan berdasarkan anmnesis dan penampilan klinis. Diagnosis dapat diperkuat dengan melakukan biakan herpes, yang positif pada sekitar 80% penderita. Tes Tzank positif pada 50% sampai 80%  penderita herpes. Pada tes ini bahan dari vesikel diletakkan pada gelas objek dan diwarnai dengan biru toilidin 1%. Dari hapusan yang diambil dari penderita herpes simpleks dapat terlihat sel-sel raksasa yang berinti banyak dan besar.

G.  Diagnosis Banding
Pada herves simpleks di daerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan dengan invetigo vesiko bulosa. Pada daerah genitalis harus dibedakan ulkus durum, ulkus mole dan ulkus mikstum, maupun ulkus yang mendahului penyakit limfogranuloma venereum.

H.  Pengobatan
Sampai saat ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan radikal, artinya tidak ada pengobatan yang dapat mencegah episod rekurens secara tuntas. Pada lesi yanbg dini dapat digunakan obat topikal berupa salep/krem yang mengandung preparat idokusurudin (stoxil, viruguent, viruguent-P) dengan cara aplikasi, yang sreing dengan interval beberapa jam. Preparat asiklovir (zovirax) yang dipakai secara topikal nampaknya memberikan masa depan yang lebih cerah. Asiklopir ini cara kerjanya menggangu replikasi DNA virus. Klinis hanya bermanfaat bila penyakit sedang aktif. Bila timbul ulserasi dapat dilakukan kompres.
Pengobatan oral berupa preparat asiklovir nampaknya memberikan hasil yang lebih baik, penyakit berlangsung lebih singkat dan masa rekuerensinya lebih panjang. Dosisnya 5 x 200 mg sehari selama lima hari. Preparat isoprinosin oleh sebagian penyelidik bukan diannggap sebagai obat antivirus, tapi sebagai imuno nodulator, efeknya ialah peningkatan imunitas seluler. Pengobatan parenteral dengan aksiklovir terutama ditujukan kepada penyakit yang lebh berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam. Begitu pula dengan preparat adenin arbnosid (vitarabin). Interferon sebuah preparat glikoprotein yang dapat menghambat reproduksi virus, juga dapat dipakai secara parenteral.
Untuk mencegah rekurensi macam-macam usah dilakukan dengan tujuan meningkatkan imunitas seluler, seperti pemberian preparat lupidon H (untuk VHS tipe I) dan lupidon G (untuk VHS tipe II) dalam satu seri pengobatan. Pemberian levamisol dan isoprinosin atau asiklovir secara berkala menurut beberapa penyelidik memberika hasil yang baik. Pamberian vaksinasi cacar sekarang tidak dianut lagi. Pada wanita dalam keadaan inpartu, jika terdapat lesi pada daerah vulva ada sebagian penyelidik yang menyukai dilakukakan pembedahan Cesaria untuk mencegah timbulnya infeksi neonatus sebesar 50 %.

I.   Prognosis
Selama pencegahan rekurensi masih merupakan problem, hal tersebut secara psikologik akan memberatkan penderita. Pengobatan secara dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni masa penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurensi lebih jarang.
Pada orang dengan gangguan imunitas seperti pada penyakit-penyakit dengan tumor di sistem Retikulo endocelial, pengobatan dengan imuno-supresif yang lama, atau fisik yang sangat lemah, infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat dalam dan dapat fatal. Prognosis akan lebih baik dengan meningkatnya usia seperti pada orang tua.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar