HERPES SIMPLEKS
A. Definisi
Herpes simpleks adalah infksi akut yang disebabkan
oleh virus herfes simpleks (virus hominis) tipe I atau II yang ditandai oleh
adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritomatosa pada
daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun
rekurens.
B. Epidemiologi
Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik
pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh
virus herves simpleks tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan
infeksi virus herves simpleks tipe II biasanya terjadi pada dekade II atau III dan berhubungan
dengan peningkatan aktivitas seksual.
C. Etiologi
Herpeks simleks disebabkan oleh herpes virus hominis,
dengan diameter 100 nm. Virus herves homins merupakan virus DNA yang mempunyai
dua tipe berdasarkan perbedaan struktur antigenik dan lokasi klinis (tempat
predileksi) yaitu tipe I yang biasanya menyebabkan infeksi pada daerah labial
dan non genital, serta tipe II yang biasany ditularkan melalui hubungan
seksual.
D. Patofisiologi
Herves simpleks yang disebabkan oleh virus DNA menular
masuk kedalam nukleus sel dan memanfaatkan media reproduksi sel untuk
replikasinya sendiri. Bentuk herves ini diperoleh dari kontak yang dekat dengan
anggota keluarga atau orang yang terinfeksi tanpa hubungan seksual. Penularan dapat melalui ciuman, sentuhan dan
memakai handuk secara bersamaan.
Selam
infeksi primer virus ini berjalan naik melalui saraf periver mencapai rudiks
gangglia dorsalis, dimana virus akan berada dalam stadium dorman – herves
progenetalis telah menjadi penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual yang terpopuler di USA. Herves ini
menyebabkan tukak dan vesikel yang menyebabkan rasa nyeri dan terbakar.
Infeksi
herpes rekurens dapat mengikuti infeksi primer dalam beberapa minggu, bulan
atau tahun. Karena infeksi herpes awal dapat ringan, maka penderita bisa tidak
menyadari bahwa dia sudah terkena infeksi primer. Bertahun-tahun kemudian,
ketika infeksi rekuren timbul, bisa timbul salah dugaan terhadap pasangannya.
Pada manusia, hanya 14% dari penderita herpes tipe I yang mendapatkan herpes
rekuren, sedangkan 60% infeksi herpes tipe II menjadi rekuren. 98% dari herpes
genetalis rekuren disebabkan oleh virus tipe II. ada banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya rekuren. Keadaan ini dapat dicetuskan oleh adanya
demam, sinar matahari, ovulasi, dan trauma fisik.
Infeksi
herpes dapat menimbulkan implikasi serius apabila terjadi pada mata, sekitar
serviks, pada bayi baru lahir, atau pada individu yang kekebalannya tertekan.
Infeksi herpes pada mata dapat menyebabkan keratitis herpetika. Dapat terjadi
jaringan parut pada kornea atau bahkan perforasi kornea. Seorang wanita hamil
yang menderita herpes genitalis aktif dapat menularkan virus tersebut pada
bayinya pada waktu bayi tersebut melalui jalan lahir. Dapat terjadi ensefalitis
berat pada bayi baru lahir dengan komplikasi retardasi mental dan kematian.
Bedah caesar merupakn indikasi bagi wanita yang pada saat melahirkan menderita
herpes genitalis.
Demikian
pula apabila ibu atau orang yang bekerja pada tempat perawatan bayi memiliki
vesikel herpes aktif pada bibirnya atau tangannya, bayi akan terinfeksi.
Infeksi denga herpes tipe I dapat menyebabkan penyakit yang sama beratnya
dengan infeksi herpes tipe II. infeksi herpes pada penderita yang sakit berat
atau yang kekebalannya tertekan dapat menyebabkan terjadinya tukak kronik yang
tidak menyembuh, herpes diseminata dan ensefalitis.
E. Manifestasi Klinik
Infeksi HVS ini berlangsung dalam 3 tingkat:
- Infeksi primer
Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di
daerah hidung dan mulut, biasanya di mulai pada usia anak-anak, kecuali
inkubasi yang terjadi secara kebetulan, misalnya kontak kulit pada perawat,
dokter gig atau pada orang yang sering menggigit jari (herpetic whitlow).
Infeksi primer oleh VHS tipe II mempunyai tempat predileksi di daerah
pinggang ke bawah, terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes
meningitis dan infeksi neonatus.
Daerah predileksi ini sering
kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti orogenital. Kadang-kadang
disebabkan oleh VHS tipe I sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat
disebabkan oleh tipe II.
Infeksi primer berlangsung
lebih lama dan lebih berat, kira-kira tiga minggu dan sering disertai gejala
sistemik seperti demam, mlaise dan anoreksia dan dapat ditemukan pembesaran
kelenjar getah bening regional.
Kelainan klinis yang dijumpai
berupa vesikel yang berkelompok di tas kulit yang sembab dan eritematosa,
berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat terjadi krusta dan
kadang-kadang ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tanpa sikatris.
- Fase laten
Fase ini berarti pada penderita
tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan yang
tidak aktif pada ganggilon dorsalis.
- Infeksi rekurens
Infeksi ini berarti VHS pada gangglion dorsalis yang tidak aktif, dengan
mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga memberi gejala klinis.
Makanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik (demam, trauma, infeksi, kurang
tidur, hubunga seksual dan sebagainya), trauma psikis (gangguan emosional,
menstruasi) dan dapat pula timbul akibat jenis makanan dan minuman yang
merangsang (alkohol).
Gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan
berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala prodormal lokal
sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal dan nyeri. Infeks rekurens ini timbul pada tempat yang sama
(loco) atau tempat lain/tempat disekitarnya (non loco).
F. Tes Dignostik
Diagnosis
herpes biasanya ditegakkan berdasarkan anmnesis dan penampilan klinis. Diagnosis
dapat diperkuat dengan melakukan biakan herpes, yang positif pada sekitar 80%
penderita. Tes Tzank positif pada 50% sampai 80% penderita herpes. Pada tes ini bahan dari
vesikel diletakkan pada gelas objek dan diwarnai dengan biru toilidin 1%. Dari hapusan
yang diambil dari penderita herpes simpleks dapat terlihat sel-sel raksasa yang
berinti banyak dan besar.
G. Diagnosis Banding
Pada herves
simpleks di daerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan dengan invetigo
vesiko bulosa. Pada daerah genitalis harus dibedakan ulkus durum, ulkus mole
dan ulkus mikstum, maupun ulkus yang mendahului penyakit limfogranuloma
venereum.
H. Pengobatan
Sampai saat
ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan radikal, artinya tidak ada
pengobatan yang dapat mencegah episod rekurens secara tuntas. Pada lesi yanbg
dini dapat digunakan obat topikal berupa salep/krem yang mengandung preparat
idokusurudin (stoxil, viruguent, viruguent-P) dengan cara aplikasi, yang sreing
dengan interval beberapa jam. Preparat asiklovir (zovirax) yang dipakai secara
topikal nampaknya memberikan masa depan yang lebih cerah. Asiklopir ini cara
kerjanya menggangu replikasi DNA virus. Klinis hanya bermanfaat bila penyakit
sedang aktif. Bila timbul ulserasi dapat dilakukan kompres.
Pengobatan
oral berupa preparat asiklovir nampaknya memberikan hasil yang lebih baik,
penyakit berlangsung lebih singkat dan masa rekuerensinya lebih panjang.
Dosisnya 5 x 200 mg sehari selama lima hari. Preparat isoprinosin oleh sebagian
penyelidik bukan diannggap sebagai obat antivirus, tapi sebagai imuno
nodulator, efeknya ialah peningkatan imunitas seluler. Pengobatan parenteral
dengan aksiklovir terutama ditujukan kepada penyakit yang lebh berat atau jika
timbul komplikasi pada alat dalam. Begitu pula dengan preparat adenin arbnosid
(vitarabin). Interferon sebuah preparat glikoprotein yang dapat menghambat
reproduksi virus, juga dapat dipakai secara parenteral.
Untuk
mencegah rekurensi macam-macam usah dilakukan dengan tujuan meningkatkan
imunitas seluler, seperti pemberian preparat lupidon H (untuk VHS tipe I) dan
lupidon G (untuk VHS tipe II) dalam satu seri pengobatan. Pemberian levamisol
dan isoprinosin atau asiklovir secara berkala menurut beberapa penyelidik
memberika hasil yang baik. Pamberian vaksinasi cacar sekarang tidak dianut
lagi. Pada wanita dalam keadaan inpartu, jika terdapat lesi pada daerah vulva
ada sebagian penyelidik yang menyukai dilakukakan pembedahan Cesaria untuk
mencegah timbulnya infeksi neonatus sebesar 50 %.
I. Prognosis
Selama
pencegahan rekurensi masih merupakan problem, hal tersebut secara psikologik
akan memberatkan penderita. Pengobatan secara dini dan tepat memberi prognosis
yang lebih baik, yakni masa penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurensi
lebih jarang.
Pada orang
dengan gangguan imunitas seperti pada penyakit-penyakit dengan tumor di sistem
Retikulo endocelial, pengobatan dengan imuno-supresif yang lama, atau fisik
yang sangat lemah, infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat dalam dan dapat
fatal. Prognosis akan lebih baik dengan meningkatnya usia seperti pada
orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar